Filosofi "yang hancur"

Assalamualaikum Wr. Wb.

Dalam sebuah perjalanan bisu, tenang, berselimut kekhawatiran, membuatku merenungkan tentang fajar yang merindukan langit.

Filosofi "yang hancur"

Masih teringatkah mengapa orang pada dahulu kala selalu berusaha memperbaiki suatu hal yang rusak sesederhana sebuah pot tanaman yang pecah dimakan oleh usia. Sesulit apapun retak yang ada, mereka akan berusaha memperbaikinya. Bukan didasari karena sulitnya ekonomi yang melilit, namun karena mereka akan selalu berusaha memperbaiki sesuatu yang hancur. Prinsip teguh dimana memperbaiki adalah cara terbaik dibandingkan menggantinya dengan sesuatu yang baru walaupun mereka mampu. Budaya sederhana namun dengan prinsip kuat menghasilkan perilaku yang bermakna. Bisakah kalian berpikir mengenai hal tersebut? Walaupun yang retak tidak akan mungkin kembali seperti semula, namun suatu usaha untuk memperjuangkannya kembali, jauh lebih bernilai dibandingkan membuangnya begitu saja. Filosofi menghargai apa yang telah ada, karena yang baru mungkin bisa jadi lebih baik, namun menghargai ketidaksempurnaan adalah cara terbaik. 

Ibrila Asfarina Ahmadah
Dalam perjalanan; ditempat pemberhentian kecil.
21 Maret 2020 (15:41)

Comments