Memaksimalkan Ibadah Ramadhan ditengah Pandemi Covid-19

Assalamualaikum Wr. Wb. Bismillah Yuk Saling Berbagi


MEMAKSIMALKAN IBADAH RAMADHAN DITENGAH PANDEMI COVID-19
Pengisi Kajian Khadijah IMSAC Fk Unej: dr. Elly Nurus Sakinah, M.Si


Ketika menghadapi sebuah wabah, kita harus tetap mengembangkan iman kita. Pembeda antara orang beriman dan tidak beriman adalah kesabaran dan rasa syukur. Kesabaran dan rasa syukur merupakan bekal utama bagi kita menghadapi kondisi pandemi terutama ketika bersikap di rumah. Manusia diberikan amanah oleh Allah menjadi khalifah di muka bumi ini. Oleh karena itu, kita harus menjalankan amanah tersebut dengan sebaik-baiknya. Dalam surat At-Taubah ayat 51, kita sebagai muslim harus beriman dan percaya bahwa segala yang terjadi di muka bumi ini tidak ada yang sia-sia, apapun yang Allah ciptakan tidak ada yang sia-sia. Dipandemi Covid-19 ini kita harus memperbaiki amalan, menerapkan physical distancing, secara verbal kita mengucapkan innalillahi wa innalillahi raji’un(sikap sebagai bentuk menghadapi musibah.
4 hikmah pandemi covid-19:
1.      Memaksimalkan waktu di rumah, yang merasa jarang ketemu orang tua dan lain sebagainya bisa memanfaatkan momentum ini
2.      Meningkatkan solidaritas sosial
3.      Ozon menipis, dkk jadi kita bisa merenung mengenai apakah kita telah menjadi khalifah yang baik, memanfaatkan alam menjadi lebih baik lagi
4.      Sosiolog amerika mengatakan bahwa ada nilai-nilai islam yang terkait dengan phbs, artinya prinsip mencegah adalah dengan higienisme, dan yang mengajarkan pertama kali adalah nabi Muhammad SAW. Artinya bahwa jika seseorang beriman maka dia akan menjaga kebersihan,
Ramadhan bagaikan tamu agung, maka kita adalah salah satu orang yang dipilih Allah untuk mendapatkan tamu itu, rumah kita dipilih Allah untuk kedatangan tamu, kita bersikap dengan bahagia sekali, kita harus bahagia. Jadi, cara pertama untuk memaksimalkan adalah bahagia dulu, bahagia itu tidak bisa dibohongi, perasaan bahagia tidak cukup verbal, bahagia adalah sesuatu yang datang dari perasaan atau hati. Orang yang bahagia di bulan Ramadhan maka ia pasti sebelumnya sudah membayangkan akan mendapat apa di ramadhan itu, Alhamdulillah. Amalan di bulan ramadhan, insyaAllah akan berlipat ganda termasuk kebahagiaan. Salah satu cara bahagia adalah meyakini bahwa Ramadhan ini lebih isimewa disbanding tahun lalu.
Aktualisasi kebahagiaan adalah bersungguh-sungguh agar ramadhan ini berbeda dengan yang lain. Sungguh-sungguh beribadah; harus ada yang berbeda dari tahun kemarin ketika tidak covid-19. Jika pikiran kita bahagia maka tindakan kita bahagia dan menjadi kebiasaan seperti kebiasaan membaca Al-Qur’an. Bahagia atau tidak itu hanya Allah yang tahu. Malaikat itu tahu kita baik dan buruk, tapi malaikat itu tidak tahu isi hati manusia. Kebahagiaan kita hanya Allah yang menilai, jika kita sungguh-sungguh menentukan target maka Allah akan merespon. Syarat yang membuat kita bahagia adalah yakin bahwa Ramadhan salah satu waktu yang utama untuk kita menambah bekal ke akhirat. Jika kita melihat video-video pasien covid, semua sedih, semua merasa kurang belum siap, kita yang sehat harusnya mensyukuri untuk mempersiapkan diri membawa bekal ke akhirat. Bahagia itu dilihat dari kesungguhan merencanakan, tuliskan rencanya ditempel di pintu, di buku, yang penting semua punya target.
Yang kedua, yang kita harus istimewakan dibanding ketika tidak berada di bulan Ramadhan adalah Al-Qur’an. Di bulan ramadhan adalah bulan dimana Allah menurunkan Al-Qur’an jadi kita harus meningkatkan interaksi dengan Al-Qur’an. Tingkatkan interaksi mata dengan Al-Qur’an. Caranya? Tilawah. Jika dulu hanya nambah 2, 3 halamandi bulan ramadhan ini kita tingkatkan jadi 1/2 juz, dst. Selain interaksi dengan mata, kita juga meningkatkan pendengaran kita dengan murottal Al-Qur’an. Misalnya ketika beraktivitas, menjemur, mencuci, kita lakukan dengan mendengarkan Al-Qur’an. Kita baca dan hafalkan Al-Qur’an; yang penting interaksi dengan Al-Qur’an. Ibadah sholat sunnah dan wajib, artinya kita harus maksimalkan sholat, yang mungkin dulu tidak ada rawatib, dhuha, bisa ditingkatkan. Kekhasan sholat di bulan ramadhan adalah sholat tarawih. Kita bisa dengarkan kultum online, saling mengingatkan antara temah, misal gantian “voce note hadist, ayat Al-Quran; lalu menjelaskan maknanya juga” saling bertukar voice note. Dan berbagai kegiatan yang lain yang tidak kita hilangkan.
Yang ketiga adalah dzikir dan doa, di bulan ramadhan ini maksimalkan ibadah. Berdo’a semoga Allah sadarkan kita menjadi output yang lebih baik. Dzikirnya harus dikuatkan yang mungkin Al-ma’tsurat masih bolong-bolong bisa ditingkatkan. Perumpaan rumah yang digunakan untuk berdzikir dan tidak berdzikir bagaikan orang hidup dan mati. Bagaikan kita melihat bintang-bintang dilangit ada yang bersinar dan tidak, Allah bisa melihat dari langit itu bisa membedakan rumah-rumah yang berdzikir dan tidak. Rumah yang berdzikir seperti bintang di langit.
Orang berpuasa di bulan ramahdan itu melatih kejujuran, peraaan selalu diawasi oleh Allah. Tingkatkan taqwa dengan menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangannya.
  • ·         Al khoufu perasaan takut sama Allah, takut dengan adzab
  • ·         Wal amalu bi tanzil
  • ·         Wal qonaatu qonaah itu menerima apa-apa yang sudah Allah berikan pada kita
  • ·    Wal isti’dad bersungguh-sungguh, jika punya kesempatan sekarang maka jangan dilakukan diakhir

Persiapan lain itu kita target keluarga misal kultum di rumah.
Mari kita maknai ramadhan kali ini dengan banyak aktivitas yang bernilai pahala. Semoga Allah bisa membuat kita melewati wabah ini dengan iman yang lebih baik, sehingga kita bisa mengambil hikmah dan Allah meridhoi kita. Bersyukur.

Jawaban Pertanyaan:
  • ·         Qiyamul lail sambil doa
  • ·         Habis shubuh; kultum, dengerin kultum
  • ·     Punya target missal hobi menulis, tulis hikmah apa yang kamu dapatkan hari ini, hobi baca; challenge one day one book
  • ·         Tadarus
  • ·         Senam
  • ·         Isi kegiatan
  • ·         Sholat dhuha
  • ·         Setiap sholat wajib berjama’ah lalu dipraktekkan berapa lembar ngajinya
  • ·         Tarawih berjamaah
  • ·   Harus kita rencanakan kegiatan dirumah, sediakan waktu untuk menterjemahkan itu bisa menjadi sebuah aktivitas.
  • ·       Hafalannya ditingkatkan misal ikut hafalan online

Niatkan bangun di pagi hari itu, niatkan yaALLAH hari ini hamba berencana begini-begini, semoga engkau niatkan ibadah. Semoga Allah lebih mengefektifkan waktu untuk mengerjakan tugas-tugas kampus kita, sehingga kita bisa mengejar ketertinggalan ibadah-ibadah lain, niatkan agar mengontrol diri kita. Enjoy, semangat. Sehari targetkan 1 juz, misal krn ada rapat dkk maka ngajinya belum smpe, maka challenge diri misal dg. ganti waktu tidur dengan mengaji.
Secara psikologis, covid->mengeluh. Manusia memang diciptakan suka mengeluh, berkeluh kesah. Sifat kita jarang yang otomatis bersyukur, ketika kita mengeluh, wajar krn yg merasakan bukan hanya kita, yang membedakan adalah cara kita menyikapi itu.
Ketika kondisi-kondisi ada yang mengganggu maka setting otak kita, mindset kita, work from home, jadi tidak ada bedanya dengan dikosan, sisipkan waktu, cari ruangan khusus untuk aktivitas yang tidak ganggu kegiatan anggota keluarga lain. Yakin bahwa yg seperti ini bukan diri kita pribadi, kembalikan pada Allah, tetap istighfar dan bersyukur. Beri’tikaf itu berdiam diri di masjid. Jadi hanya dilakukan di masjid.
Alhamdulillah…

Penulis Notulensi: Ibrila Asfarina Ahmadah
Gresik, 01 Mei 2020

Comments