Social Media Detox

Assalamualaikum Wr. Wb.
Bismillah Yuk Saling Berbagi

Hai!
Sebenarnya aku tidak terlalu expert untuk bahas hal seperti ini, hanya beberapa kali saja menonton di youtube mengenai topik "social media detox". Menarik saja menonton video eksperimen orang yang hidup dalam kurun waktu tertentu tanpa social media. Yep, jadi mungkin aku sedikit berbagi tentang apa yang aku alami saja :D

Hmm berbicara tentang sosial media? mungkin aku bahas tentang kisah ketagihanku terhadap game terlebih dahulu kali ya. Menurutku dua topik tersebut saling terkait dan terhubung karena ketika aku kecil sosial media belum se-booming sekarang, yah setidaknya game bisa dibilang sebuah awal dimana timbul kebiasaan atas kecenderungan menatap layar dalam kurun waktu lama.

Waktu aku masih TK, ayah beli komputer baru dan di komputer itulah sosok mungil ini mengenal dan ketagihan game. Kebiasaan tersebut berkembang hingga aku SD. Waktu kelas 3 SD aku punya hp sendiri dan itu semakin membuatku ketagihan untuk main game lagi dan lagi. Ditambah lagi, sejak aku kelas 4, samping kelasku adalah ruang komputer juga, masih inget banget dulu waktu SD nyolong waktu sama teman-teman untuk masuk ke ruang komputer buat main game. Bahkan sampai dikancing dari luar sama guru :v. Terlebih waktu akhir SD (kelas 5/6), ayah beli laptop, dan disitulah aku mulai kenal sosial media, saat itu zamannya facebook dan pastinya kugunain platform itu untuk main game lagi :D. Kisah pun semakin berlanjut saat kelas 7 SMP akhirnya aku punya HP android(bahkan hpnya ada sampai sekarang xixi Alhamdulillah masih awet) dan bisa ditebak yep kubuat main game :3 plus membuat akun segala sosial media yang ada seperti instagram, twitter, path, skype, soundcloud, dsb., segala sosmed pokok aku buat akun. Yah, bisa dibilang aku ketagihan layar dunia maya :v.

Hingga pada akhirnya...waktu aku kelas 9 SMP, aku cek ke dokter mata dan minus mataku nambah banyak. Aku gatau disitu aku sedih banget hingga mutusin untuk delete semua akun sosmed yang aku punya kecuali line dan facebook (pertimbanganku aku eman game ku di facebook, ya walaupun pada akhirnya aku delete juga :D). Mindsetku saat itu adalah aku ingin stop bergantung pada layar bahkan sampai kujadikan wallpaper motivasi untuk meminimalisir hidup dengan dunia maya. Yah, tapi masalahnya adalah mengubah kebiasaan main game yang sudah dipupuk sejak kecil tidak semudah itu sih, tapi tidak ada yang tidak mungkin kan? akhirnya aku setiap hari do'a biar aku tidak ketagihan main game lagi. Dan yap aku gatau kenapa Alhamdulillah, Allah menghendakinya. Sejak SMA bahkan hingga sekarang aku sama sekali tidak tertarik untuk main game apapun itu :DDD

Terkait dengan sosial media? sebenarnya dulu waktu SMA sempat terpikirkan untuk membuat akun instagram lagi (karena itu salah satu platform sosmed dimana aku merasa manusia zaman now dipaksa keadaan memilikinya. Mungkin jika platform lainnya seperti twitter, path, dkk manusia tidak terlalu dipaksa keadaan untuk at least 1 people 1 account). Tapi, karena berbagai pertimbangan akhirnya aku memilih tidak membuatnya. Mungkin lebih kearah aku males dan capek terhadap tekanan ketika ada perasaan "iri hati". Aku gatau entah hanya aku saja yang merasakan ini atau orang lain pula, tapi setiap kali aku melihat akun IG temanku, rasanya kayak ada suatu tekanan mental yang membuatku bertanya "kok dia bahagia n sempurna banget ya hidupnya? enak ya..". Bahkan, semisal aku lagi sekelas sama ini, ini, dst. aku pasti tidak akan mungkin berani stalking IG nya, rasanya aneh aja, aku hanya tidak ingin insecure sendiri dan memberikan beban mental buat diri sendiri. Aku baru berani buka akun IG nya ketika aku sudah berbeda lingkungan dengannya. Jika masih satu lingkungan? tentu saja aku tidak akan melakukannya. Bahkan hingga kuliah, waktu maba diminta punya IG, akhirnya aku buat username asal-asalan, aku saja lupa usernameku apa :'V. Yah, aku juga gatau itu sekarang di instagram masih ada atau tidak, aku juga tidak peduli. Intinya aku tidak punya akun instagram, kalau ditanya orang, "akun IG-mu apa Rin?" paling aku jawab "akunku gak aktif :D", jika mereka tanya lagi "loh kenapa?", tinggal kujawab jujur saja, "gapapa aku suka insecure aja kalau liat IG orang."
Intinya adalah aku tidak punya dan tidak akan punya akun instagram. ;D (itu pemikiranku saat ini, people are people and sometimes they change their mind :d)

Tapi, setelah aku nonton beberapa video di youtube, memang IG ternyata cukup toxic. Tapi, aku tidak megeneralisir ya, setiap orang punya pribadi masing-masing dan untuk pribadi sepertiku IG sangat toxic. Aku juga tidak menyarankan apapun, entah kalian punya akun atau tidak, entah kalian aktif bermain IG atau tidak, ya itu pilihan dan hak masing-masing pribadi yang menjalani. Sekali lagi, setiap orang berbeda dan tidak bisa disamaratakan.

Balik lagi ke IG, di IG ada fitur likes yang ternyata fitur tersebut bisa meningkatkan hormon endorfin kalau tidak salah. Dimana bisa saja kamu akan berada diposisi ketagihan akan jumlah likes atas postinganmu atau bisa saja bersedih jika jumlah likes tidak sesuai ekspektasimu. Mungkin itu juga berlaku dengan fitur jumlah komentar. Yap, I don't know.

Mungkin kalau aku pribadi melihat IG sebagai platform dimana kamu hanya menunjukkan sisi bahagiamu saja, gamungkin dong orang pamer lagi malu, nangis, dan menderita. Pasti yang ditunjukkan adalah sisi terbaikmu, gimana prestasi hidupmu, sesukses apa kamu sekarang, kamu sudah pergi kemana saja, seberapa luas pergaulanmu, dsb. Pasti diantara banyak foto yang ada, kita pilih jepretan paling bagus, belum lagi ada filter dan preset. Intinya kita mencoba terlihat jadi yang terbaik entah untuk tujuan apapun itu, mungkin sebagian besar untuk mendapat pengakuan. Yah itu sifat alami manusia sih, wajar aja. Namun mungkin sisi buruknya bisa jadi pada akhirnya kita melihat kehidupan orang lain indah banget ya, kok hidupku gini-gini aja, padahal bisa jadi kehidupan orang tersebut tidak seindah yang terlihat. Namun, kita sudah terlanjur untuk kufur nikmat dan mengurangi syukur atas rezeki dari Allah.

Yah, tapi balik lagi, masing-masing orang beda, platform boleh sama, fasilitas boleh sama, tujuan platform tersebut pasti sebagian besar untuk kebaikan, tinggal gimana "user" memanfaatkan platform itu digunakan untuk apa. Tergantung orangnya.

Apa yang kuingin katakan adalah jadilah dirimu sendiri :D

Buktinya aku tetap baik-baik saja dan tetap hidup normal walaupun tidak punya IG atau sosmed lain, kecuali WA dan Line(karena keduanya penting untuk komunikasi, kalau tidak dibutuhkan mungkin aku akan mendeletenya pula).

Kalau aku lihat di youtube, yah sebagian besar orang bilang setelah beberapa kurun waktu lepas dari sosmed aka social media detox, mereka merasa lebih bahagia karena menjadi orang yang berhenti membandingkan diri sendiri dengan orang lain. Terkadang kita memang tidak perlu tahu kehidupan orang lain, entah dia sedang apa sekarang, sedang berada dimana, dsb. Menurutku itu adalah hal privasi dan yang terpenting adalah kehidupan orang tidak akan mempengaruhi kehidupanku. Dia sedang makan atau berkumpul dengan siapa, sedang mengerjakan apa, sedang blablabla, yaudah itu hidup mereka, aku tidak perlu tahu itu. Aku cukup menjalani hidupku saja :D relax...

Kalau aku bisa mematikan fitur "status WA" mungkin akan kulakukan. Entah kenapa aku selalu tergoda liat update status orang :'v. Rasanya aku ingin mendelete semua nomer di hpku saja supaya aku tidak tahu tentang bagaimana dan apa yang orang lain sedang lakukan, yah tapi itu tidak mungkin kulakukan karena pasti aku yang bakal kesusahan sendiri mencari nomer orang :'v.

Yah intinya adalah fokuslah pada dunia nyata, karena seindah apapun dunia maya yah tetap itu "maya", apa yang terlihat indah bukan berati seindah yang dipikirkan. Jangan membandingkan hidupmu dengan orang lain karena setiap orang punya kebahagiaan dan kesusahannya masing-masing :D

Wow aku nulis ginian sejam ya ternyata wkwkwk :'v tidak kerasa :D
Yasudah kita akhiri saja

Wassalamu'alaikum Wr.Wb.

Sehat selalu ya semua! sehat fisik maupun mental!
Jangan takut melangkah berbeda dengan orang lain, just be urself! :D

Gresik, 26 Februari 2021 (23:00)

Comments