Ngomongin Pendidikan

Assalamualaikum Wr. Wb.

Pagi-pagi ngikutin apel di zoom untuk selebrasi kampus fk unej yang dapat mempertahankan akreditasi A unggul. Awalnya biasa aja pas denger kabarnya, tapi berubah haluan perasaan pas join acaranya dan ngeliat struggle nya guru-guru dan staf akademika di fk unej buat pertahanin akred fk ini, ah so proud untuk usaha dan kerja kerasnya :"

alhasil tertarik buat ngomongin lewat pena tentang pendidikan. Sebenernya udah nahan-nahan buat gak nulis lagi, gatau ya sometimes hidupku jadi lebih tenang aja. Tapi, kalau dipikir-pikir aku jadi gak punya soft skill apa-apa dong :) yah sesekali gapapa lah ya.

Ngomongin Pendidikan.

Disclaimer, ini cuman insight dari bocah 21 tahun yang labil dalam nyari jati diri, yah tulisan ini gamesti bener dan mungkin suatu hari nanti bahkan mindset ku bisa berubah, but for this time, this is what I've been thought.

Dimana ya mulainya? ah dari sini aja, privilege.
Pendidikan itu bisa buat gap yang jauh jadi lebih dekat, dalam hal apapun, paling umum sih, pasti kalian sering denger "mengangkat derajat keluarga lewat pendidikan", awalnya hidup susah terus karena pendidikan jadinya bisa dapetin pekerjaan yang layak dan yup kondisi perekonomian keluarga membaik. Maybe, because of that reason, I truly appreciate sombedoy who can escape poverty vicious circle through education. Bayangkan dari kecil, dari sisi gizi saja sudah berbeda, akses dan fasilitas pendidikan yang mungkin sangat jauh berbeda serta privilege yang lain. Hal yang paling sulit adalah mindset lingkungan dimana urusan perut mungkin sudah melampaui pendidikan. Banyak yang putus sekolah dan memutuskan bekerja. Itu gak salah juga karena setiap orang kondisinya berbeda.

Bicara tentang kondisi berbeda, hmm kadang ya, ada orang yang sukses dengan prestasi yang diraih atau apapun itu, then people start judging, ahh itu mah gampang kan dia anak orang tajir, dari kecil fasilitas pendidikan yang didapatkan berbeda, nah aku dari kecil dah disuruh kerja, sekolah semahal itu mana bisa, dan sebagainya, ada aja nyinyiran orang gabutz. Yah, gimana ya, setiap orang pasti punya struggling-nya masing-masing, apa yang terlihat tak seindah yang dibayangkan, yah mungkin dia dapat privilige yang jauh lebih baik daripada orang lain, but it doesn't mean, dia nafas doang bakal ngeraih apa yang dia impikan, butuh usaha dan kerja keras juga. At the end of the day, jangan bandingin diri sendiri dengan orang lain, set your own goals, set your own dreams, lakukan terbaik yang bisa kamu lakukan. Jika kamu tidak bisa meraih setinggi panutanmu, setidaknya usaha kerasmu sudah mampu sejajar dengan panutanmu bahkan melebihinya.

Bicara tentang usaha, aku percaya suatu hal dan ini yang selalu kuulang-ulang ke adikku, jadi ketika aku lagi putus asa, dia juga bakal ngomongin balik ini ke aku, dan ini jadi mood booster banget kalau lagi desperate.
Tidak ada usaha yang mengkhianati hasil, kalau kamu sudah berusaha keras atas suatu hal misal mimpi A, terus kamu gagal, ya yaudah jangan khawatir, itu bakal kayak tabungan usaha yang bisa kamu kumpulin dan pakai untuk hal lain. Misalnya kamu lagi nargetin mimpi B, sebenernya usaha mu biasa aja untuk mimpi B ini, tapi karena kamu punya banyak tabungan usaha dari mimpi A, maka bisa jadi kamu dapat meraih mimpi B mu dengan jauh lebih mudah. Yah intinya gitu.

Jadi, jangan pernah merasa sia-sia mengerjakan suatu hal kawan ! yang penting udah usaha dan berdo'a, sisanya? serahin sama Allah. Bisa aja ya suatu hal yang menurutmu baik, ahh aku pengen itu banget, tapi ternyata Allah takdirin gadapet, yah mau gimana lagi, masa dipaksa, but at least you should believe, bisa aja kalau kamu dapetin hal yang kamu mau, hal itu malah jerumusin kamu jauh dari Allah. Take wisdom in every situation.

Talking about situation, kalau belajar pasti ada faktor eksternal dan internal, kita gabakal bisa ngatur hal-hal eksternal yang ganggu kehidupan kita, kadang emang ada beberapa hal dari luar yang gabisa kita atur. Tapi, kita bisa atur bagaimana diri kita merespon kejadian eksternal yang ada. Faktor internal dalam tubuh kita, yang punya hak dan kemampuan untuk setting itu semua ya diri kita. Tentara yang bakal ngelindungin diri bukan orang lain, tapi yang bertanggungjawab ya diri sendiri. Sekolah, kuliah, les, dan lain sebagainya, itu bukan hanya tentang kita nyerap materi A,B,C,D,E, tapi itu juga tentang bagaimana kita merespon dan bertahan atas masalah yang kita hadapi, and how we resolve that determines how our dreams settled. Misal, actually bakatmu emang bukan di bidang akademik, kamu condong ke dunia seni dan desain, tapi disekolahmu dan sistem pendidikan Indonesia saat ini memaksa kamu buat bisa dan ahli di semua bidang mata pelajaran, and it hurts when somebody will get more appreciation if they're smart in math, physics, biology. Yeah gabisa pura-pura naif emang kenyataannya toxic society mengembangkan mindset bahwa semua orang punya standar dan kemampuan di bidang yang sama. Kalau kamu gapinter ngitung, gapinter ngafalin, it means you're stupid. Padahal setiap orang punya kemampuan berbeda. Nah terus gimana dong bagi kamu yang ngerasa actually you're not capable enough in that subject? yap itu berati tantangannya disitu, bagaimana kamu struggling disitu, kalau kamu bisa survive didunia persekolahan dan perkuliahan dengan segala keterbatasan yang kamu punya, kamu bisa survive karena kamu berusaha keras menutup lubang dan gap yang ada, ketika kamu lulus nanti, kamu bakal bisa mengatasi masalah-masalah yang ada. Sadar gasih, sebenernya ilmu-ilmu yang kita pelajarin disekolah itu gaterlalu berguna di dunia yang harus kamu hadapin ketika lulus nanti. Tapi, dari sekolah kamu belajar untuk belajar menghadapi masalah, kamu belajar tentang komitmen untuk dirimu sendiri, kamu belajar kalau mimpi itu bisa diraih kalau berusaha keras dan tidak menyerah. Belajar untuk belajar. :D

Privilege yang paling penting dari segala privilege adalah mindset, dan setiap orang punya kesempatan yang sama untuk merubah mindset berpikir mereka. At the end of the day, kita gabisa kontrol hal yang terjadi diluar diri kita, tapi kita bisa mengkontrol bagaimana diri merespon keadaan yang ada.

If you get a bunch of problems, just take your time, deal with it, akui kalau itu masalah kita, dan dari hal tersebut pelajarilah apa yang menjadi pokoknya, apa yang bisa kita lakukan, mulai dari diri sendiri terlebih dahulu. Cintai diri sendiri dulu, lakukan untuk dirimu sendiri dulu, as long as you're happy, you can make others happy.

Yah, intinya kita gabisa nyalahin orang lain atas apa yang terjadi pada diri kita. Salah satu hal penting lainnya, yah mungkin ini yang kurasakan, ketika aku punya masalah, yang selalu kupikirin bukan tentang aku bakal nyelesain masalah itu, tapi aku selalu berpikir orang mana yang bisa kumintain tolong buat nyelesain masalahku. Kalau dalam pikiranku tidak ada satu nama pun nyantol, alhasil aku jadi nyalahin keadaan dan berkhayal andai ada yang nolong aku. That's all wrong. Sebenarnya, kita harus mampu beridiri sendiri, selama kita bisa ngelakuinnya sendiri, yah lakuin sendiri. Jangan demanding orang lain bakal selalu ada. Nope. At the end of the day, pelan-pelan, kuberusaha keras nanam mindset setiap ada masalah, ayo Rin urus sendiri, kamu bisa. Jangan pikirin orang lain.

Sebagai penutup, don't forget to love yourself, personally, itu salah satu pendidikan yang penting juga. If you love your family, friends, crush, or anything else, don't put them higher than you love yourself. 40% for your society and the rest of it you give it to yourself, at least you can make sure that you love yourself more. Don't let anyone take you away your happiness.


Jember, 8 Juli 2021 (11:29)

Ibrila Asfarina Ahmadah

Comments